SURABAYA - Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya mengadakan orientasi keprodian dengan tema “Intervensi Hulu Stunting”. Acara ini bertempat di Auditorium FPK lantai 2 yang dihadiri oleh mahasiswa program studi gizi semester 2. (28/3/2023).
Acara dibuka oleh sambutan dari Dr. Suryani, S.Ag, S.Psi, M.Si selaku wakil dekan I FPK. Beliau menyinggung bahwa stunting merupakan kondisi kurangnya kesadaran akan pemberian ASI di masa awal menyusui, padahal hal tersebut merupakan hal yang penting.
Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si hadir sebagai narasumber dalam acara ini. Beliau merupakan Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya. Dengan nada yang santai namun pasti, beliau memaparkan bahwa stunting merupakan hal yang harus diwaspadai sejak dini karena stunting tidak bisa diobati.
“Stunting merupakan keadaan yang tidak bisa diobati, namun bisa kita cegah agar jangan sampai terlahir bayi stunting baru” pungkas beliau.
Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. Sri Sumarmi, S.KM., M.Si menuturkan bahwa kita sebagai seorang yang ada di dalam masyarakat jangan sampai lengah dan kecolongan dengan terlahir bayi stunting yang baru. Hal ini karena menurut data yang dirilis, angka stunting di Indonesia tiap tahunnya mengalami penurunan. Target utama di tahun 2023 ini angka stunting Indonesia ditekan sampai 21 persen.
“Stunting yang terjadi bukan hanya pada keluarga yang kekurangan, namun pada keluarga berkecukupan juga banyak dijumpai. Karena stunting bukan hanya tentang gizi yang kurang, tapi bagaimana cara orang tua mengasuh dan mengoptimalkan gizi seorang anak itu juga penting” pungkasnya.
Acara berlangsung cepat karena materi dan penyampaian yang dilakukan oleh beliau sangat komunikatif dan menarik. Di penghujung acara beliau berpesan bahwa sarjana gizi yang ada di Fakultas Psikologi dan Kesehatan harus menjadi garda terdepan dalam intervensi hulu stunting, karena selain mereka sarjana gizi, mereka juga tergabung dalam fakultas yang di dalamnya bertemu irisan antara psikologi dan ilmu gizi.
“Selain menjadi sarjana gizi, kalian harus menjadi konseling yang memiliki ide-ide inovatif yang dapat dikembangkan untuk manfaat masyarakat luas” tutupnya. (MSH)